Candi Arjuna dan Museum Kaliasa
Kompleks Candi Arjuna memberikan nuansa lain
daripada sekedar tempat persembahyangan umat Hindu pada masa lalu. Sedikitnya
relief dan prasasti yang mengungkap tentang latar belakang candi ini
menjadikannyasebagai salah satu candi paling misterius di Asia
CANDI ARJUNA
Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara
CANDI ARJUNA dan MUSEUM KALIASA - Kedamaian dan Kemisteriusan
Istana Siwa Berkepala Tiga
Kekayaan budaya
peninggalan kejayaan masa lalu tersebar di setiap penjuru nusantara. Salah
satunya adalah kompleks Candi Arjuna yang merupakan salah satu candi tertua di
Jawa. Di dalam kompleks ini hanya tinggal 5 candi berusia lebih dari seribu
tahun yang masih berdiri dengan kokohnya. Di sore yang cukup dingin itu
kompleks candi cukup ramai dengan pengunjung. Wisatawan dari dalam maupun luar
negeri berkeliling untuk melihat dari lebih dekat bentuk dan bangunan candi.
Suasana terasa santai dan damai. Sekelompok anak muda memanfaatkan tanah lapang
di sebelah kanan candi untuk bermain sepak bola.
Kompleks candi ini
pertama kali ditemukan oleh seorang tentara Inggris bernama Van Kinsbergen pada
tahun 1814. Berbeda dengan candi-candi lain yang sebagian besar ditemukan
terpendam di dalam tanah, candi-candi di dataran tinggi Dieng ini pada waktu
itu terendam air rawa-rawa. Proses pengeringan dimulai lebih dari 40 tahun
kemudian. Entah siapa yang memberi ide, candi-candi ini kemudian diberi nama
sesuai dengan nama-nama tokoh pewayangan oleh penduduk sekitar. Candi utamanya
adalah Candi Arjuna, yang berhadapan dengan candi berbentuk memanjang dengan atap
limasan yang sering disebut sebagai Candi Semar.
Di sebelah kirinya
berdiri berjajar Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi
Puntadewa memiliki bentuk yang hampir mirip dengan Candi Arjuna, sementara
Candi Srikandi dan Candi Sembadra sedikit lebih kecil dan pendek. Berdasarkan
cerita penduduk sekitar, Candi Puntadewa berada di tengah-tengah Srikandi dan
Sembadra sebagai penengah bagi kedua kakak beradik yang sama-sama menjadi istri
dari Arjuna tersebut.
Indahnya taman dengan
pohon-pohon cemara dan bunga-bunga di sekeliling kompleks candi menghadirkan
nuansa keindahan di tengah kedamaian dan keheningan suasana. Di kejauhan nampak
asap putih yang mengepul tiada henti dari kawah-kawah vulkanik yang banyak
terdapat di Dieng. Perbukitan dan pegunungan yang mengelilingi menambah kesan
damai di hati. Banyak muda-mudi yang memanfaatkan keindahan dan keheningan
kompleks candi ini untuk berduaan dengan pasangannya. YogYES berjalan perlahan
di tanah berumput yang mengelilingi candi sambil mengagumi keelokan alam
ciptaan Tuhan dan menghirup udara segar yang hampir tidak mungkin ditemukan di
tengah perkotaan. Tanah berumput itu terasa empuk dan membal. Ternyata benar. Karena dulunya merupakan tanah rawa-rawa maka
kandungan air dibawah tanah di sekeliling candi masih cukup tinggi. Sebagai
akibatnya, berjalan di atas tanah itu akan terasa seolah berjalan di atas busa.
Trimurti di Candi Srikandi
Kompleks Candi Arjuna
merupakan candi hindu tertua di Pulau Jawa yang diperkirakan dibangun pada
tahun 809 M dan merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa. Hal ini terlihat dari
adanya Lingga dan Yoni di dalam candi utama, serta arca Dewi Durga, Ganesha,
dan Agastya di relung-relung bangunannya. Namun arca-arca ini sekarang
ditempatkan di dalam Museum Kaliasa, tidak jauh dari bangunan candi. Secara
arsitektur, Candi Arjuna masih dipengaruhi oleh budaya India yang sangat
kental. Bentuknya mirip dengan candi di India selatan yang disebut Wimana.
Sementara itu Candi Semar kemungkinan besar mengambil bentuk mandapa, yang menjadi
bagian dari candi di India, sebagai tempat untuk para peziarah dan festival.
Tidak banyak relief
yang ditemukan di kompleks candi ini. Hanya ada relief yang menggambarkan
ketiga Dewa Trimurti yaitu Siwa, Wisnu dan Brahma, yang semakin memperkuat
bukti bahwa candi ini adalah candi Hindu. Namun anehnya, relief ini tidak
dipahatkan pada candi utama. Penggambaran ketiga dewa ini terdapat pada
dinding-dinding Candi Srikandi. Sementara dinding candi-candi lainnya nampak
polos. Tidak ada satupun dari 12 prasasti yang ditemukan menjelaskan mengenai
hal ini. Hanya ada hiasan Kala di pintu masuk candi serta relung tempat
arca-arca disemayamkan.
Siwa Berkepala Tiga di Kaliasa
Puas menikmati
keindahan dan kedamaian Candi Arjuna, YogYES melangkahkan kaki mengikuti jalan
setapak yang menuju kearah barat daya. Kurang lebih 10 menit berjalan kaki,
sampailah di pelataran sebuah candi kecil yang sering disebut dengan Candi
Gatotkaca. Deretan toko dan warung berdiri berjajar di dekatnya, menyediakan
berbagai souvenir maupun makanan dan minuman khas Dieng.
Di seberang jalan, di
lereng bukit berdiri sebuah museum bernama Museum Kaliasa. Terdapat 4 bangunan
dimana dua duantaranya difungsikan sebagai ruang pamer berbagai macam benda dan
artefak peninggalan sejarah. Kebanyakan barang yang dipamerkan adalah arca-arca
dan batu-batu dari kompleks candi-candi yang ada di Dieng. Yang paling menarik
adalah adanya arca Siwa berkepala tiga yang sering disebut dengan Siwa
Trisirah. Siwa Trisirah diketahui merupakan bentuk pemujaan terhadap Siwa yang
tertua. Selain itu museum ini juga memajang berbagai informasi mengenai
kehidupan khas masyarakat asli Dieng, kesenian tradisionalnya, serta informasi
mengenai anak gimbal yang fenomenal itu. Juga terdapat sebuah ruang teater
untuk memutar film dokumenter mengenai Dieng dan potensi alam maupun budayanya
untuk pengunjung yang berjumlah minimal 10 orang.
Keluar dari ruangan
museum, YogYES berjalan menaiki anak tangga batu menuju ke bangunan yang
terletak paling tinggi. Ternyata bangunan ini berfungsi sebagai kafe. Sembari
melepas lelah setelah mengelilingi candi dan museum, duduk di dalam kafe sambil
menghirup minuman panas dan menikmati pemandangan Dataran Tinggi Dieng yang
mempesona dari jendela sungguh sayang untuk dilewatkan.
Copyright © 2010 YogYES.COM
Jadwal Buka
Senin - Minggu pk 07.00 - 17.00 WIB
Harga Tiket
Wisatawan Domestik: Rp. 6.000 (kawah sikidang + candi arjuna)
Wisatawan Mancanegara: Rp. 20.000 (kawah sikidang + candi arjuna)
Museum Kaliasa
Senin - Minggu pk 08.00 - 16.00 WIB
Harga Tiket
Pengunjung domestik: Rp. 2.000
Pengunjung mancanegara: Rp. 2.000
Senin - Minggu pk 07.00 - 17.00 WIB
Harga Tiket
Wisatawan Domestik: Rp. 6.000 (kawah sikidang + candi arjuna)
Wisatawan Mancanegara: Rp. 20.000 (kawah sikidang + candi arjuna)
Museum Kaliasa
Senin - Minggu pk 08.00 - 16.00 WIB
Harga Tiket
Pengunjung domestik: Rp. 2.000
Pengunjung mancanegara: Rp. 2.000
Copyright © 2010 YogYES.COM
Jl.Kaliurang km 5,2,Sleman,Yogyakarta Telp.0274545121/e-mail.khalistajogja@yahoo.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar